KESETARAAN GENDER
Sejarah Munculnya Gender
Kesetaraan perempuan dan laki-laki dimulai dengan dikumandangkannya
'emansipasi' di tahun 1950-1960-an. Setelah itu tahun 1963 muncul gerakan kaum
perempuan yang mendeklarasikan suatu resolusi melalui badan ekonomi sosial PBB.
Kesetaraan perempuan dan laki-laki diperkuat dengan deklarasi yang dihasilkan dari
konferensi PBB tahun 1975, dengan tema Women In Development (WID)
yang memprioritaskan pembangunan bagi perempuan yang dikembangkan dengan
mengintegrasi perempuan dalam pembangunan.
Setelah itu, beberapa kali terjadi pertemuan internasional
yang memperhatikan pemberdayaan perempuan. Sampai akhirnya sekitar tahun
1980-an berbagai studi menunjukkan bahwa kualitas kesetaraan lebih penting
daripada kuantitas, maka tema WID diubah menjadi Women and Development (WAD).
Tahun 1992 dan 1993, studi Anderson dan Moser memberikan
rekomendasi bahwa tanpa kerelaan, kerjasama, dan keterlibatan kaum laki-laki
maka program pemberdayaan perempuan tidak akan berhasil dengan baik. Dengan
alasan tersebut maka dipergunakan pendekatan gender yang dikenal dengan Gender
and Development (GAD) yang menekankan prinsip hubungan kemitraan dan
keharmonisan antara perempuan dan laki-laki.
Pada tahun 2000 konferensi PBB menghasilkan 'The
Millenium Development Goals' (MDGs) yang mempromosikan kesetaraan gender
dan pemberdayaan perempuan sebagai cara efektif untuk memerangi kemiskinan,
kelaparan, dan penyakit serta menstimulasi pembangunan yang sungguh-sungguh dan
berkelanjutan.
Apakah Pengarusutamaan Gender (PUG)?
Gender mainstreaming (GMS)
atau pengarusutamaan gender (PUG) merupakan suatu strategi yang dibangun untuk
mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender di berbagai bidang kehidupan dan
pembangunan. Strateginya adalah dengan mengintegrasikan gender menjadi satu
dimensi integral dalam kebijakan dan program pembangunan nasional, mulai dari
perencanaan, penyusunan program, proses pengambilan keputusan, sampai dengan
pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing, sehingga dapat mencapai hasil dan
dampak kesetaraan gender.
PUG merupakan perwujudan dari komitmen global penghormatan
terhadap hak-hak asasi manusia, berkaitan dengan kesamaan kesempatan dan
perlakuan bagi laki-laki dan perempuan dalam melaksanakan peran-peran politik,
ekonomi dan sosial budaya dalam kehidupan masyarakat. Dalam relasi sosial yang
setara, perempuan dan laki-laki merupakan faktor yang sama pentingnya dalam
menentukan berbagai hal yang menyangkut kehidupan, baik lingkungan keluarga,
bermasyarakat, maupun berbangsa dan bernegara. Sehingga tidak tepat jika PUG
dikonotasikan sebagai 'emansipasi wanita' saja, karena PUG justru menghormati
hak-hak kaum perempuan dan laki-laki yang memang tidak sama secara fisik dan
kodrati. PUG lebih menekankan bagaimana menempatkan perspektif itu dalam
berbagai peran secara optimal.
Implementasi perspektif gender
Mungkin masih ada pemikiran yang mengatakan bahwa penempatan
perempuan jauh dari keluarganya tidak manusiawi. Namun jika kita memandang dari
prespektif gender, sebenarnya sama saja, laki-laki pun tidak seharusnya jauh
dari keluarganya. Karena baik laki-laki maupun perempuan secara bersama-sama
memiliki tanggung jawab yang besar dalam membangun generasi mendatang.
Dengan kepedulian pada pengarusutamaan gender, beberapa
tahun lalu pegawai perempuan di salah satu unit eselon I Kemenkeu yang akan
dipromosikan diberitahu lebih dulu. Ia diberikan kesempatan untuk
mempertimbangkan dan mendiskusikan dengan keluarganya tentang kemungkinan untuk
mengambil kesempatan tersebut.
Menurut penulis, langkah yang dilakukan ini cukup adil dan
manusiawi, sehingga seseorang diberikan hak untuk 'memilih' dan 'menentukan'
hidup dan karirnya. Jika mau mengambil kesempatan tersebut, maka akan ada
konsekuensi lain yang perlu diperhitungkan dalam 'perjuangannya'. Memang tidak
mudah, namun hidup adalah pilihan, jadi itulah konsekuensi dari sebuah
pilihan.tinggal bagaimana kita memandangnya melalui 'jendela' yang lebih bersih
dan luas.
Penulis berpendapat, untuk menjamin keadilan perspektif
gender dalam penerapannya, maka sistem promosi dan mutasi pegawai memang perlu
terus dibenahi. Meskipun usaha pembenahan itu sudah ada dan mulai terasa
hasilnya. Terutama dalam hal keadilan gender.
Pegawai laki-laki yang sudah bertahun-tahun berpisah jauh
dari keluarganya pun (baik dengan alasan yang kuat maupun yang kurang kuat),
tentu menjadi 'merasa tidak adil'. Pandangan umum mengatakan, kodrat laki-laki
adalah pemimpin rumah tangga sehingga kemungkinannya untuk 'diikuti' oleh
keluarganya memang lebih besar. Dibandingkan perempuan yang secara kodrati
adalah 'perdana menteri' dalam rumah tangga, sehingga tetaplah ia perlu berdiskusi
dengan 'presidennya' apakah harus ‘berjauhan’ atau 'membawa' keluarganya dalam
dinas.
Manakala ada transparansi kompetensi jabatan dalam berbagai
ranah struktural maupun fungsional maka pengangkatan atau pemindahan suatu
jabatan (promosi dan mutasi) akan dirasakan adil dan memiliki prespektif
gender. Setiap orang baik laki-laki maupun perempuan akan berupaya dengan baik
mengikuti aturan dan alur yang sudah disepakati. Keadilan gender menjadi lebih
baik dan lebih sehat lagi. Tidak seorang pun yang merasa diperlakukan kurang
adil dari sisi gender.
Implementasi pengarusutamaan gender masih sangat luas untuk
dikupas. Penggambaran persoalan promosi dan mutasi tersebut hanya untuk membuka
cakrawala dan wahana bahwa banyak dimensi lain dari gender
mainstreaming yang dapat kita kembangkan.
Kualitas kesetaraan gender
Telah dibuktikan dalam banyak studi bahwa kualitas
kesetaraan lebih penting daripada kuantitas. Hal ini tentunya akan menjadi
pemikiran kita bersama. Semoga pada waktu-waktu mendatang pengarusutamaan gender
tidak lagi dipandang sebagai 'emansipasi wanita'. Akan tetapi harus lebih
mengedepankan sebuah penataan kelembagaan mulai dari perencanaan kebijakan,
pengambilan keputusan dan penerapan manajemen yang berpihak pada kesetaraan
gender. Mengutamakan hak-hak asasi baik laki-laki maupun perempuan sesuai
kodrat dan tanggung jawabnya.
Pada era sekarang ini, banyak institusi mulai merasakan
bahwa kepemimpinan yang melayani (servant leadership) dapat memberikan
hasil yang optimal bagi organisasi. Mungkin opini penulis dapat menggerakkan
berbagai pihak membuat penelitian, apakah perempuan dapat mewakili servant
leadership tersebut? Jiwa melayani memang bukan mutlak milik
perempuan. Namun pemimpin perempuan yang kuat, biasanya memiliki sensitifitas
dan naluri “ibu” yang mampu menjadi katalisator dan penggerak bagi
lingkungannya untuk berubah menjadi lebih baik. Dengan kata lain, perempuan
memiliki kekuatan untuk menjadi agen-agen perubahan.
Kesetaraan gender di berbagai belahan dunia
Selama lima tahun berturut-turut, Islandia merupakan negara
dengan kesenjangan gender yang paling rendah, berdasarkan data Forum Ekonomi
Dunia, WEF.
Peringkat itu berarti perempuan Islandia menikmati akses yang sama untuk
pendidikan, kesehatan, dan juga paling mungkin terlibat penuh dalam kehidupan
politik dan ekonomi di negara itu.
Di kelompok atas itu, Islandia ditemani negara-negara tetangganya, seperti
Finlandia, Norwegia, dan Swedia, seperti terungkap dalam Laporan Kesenjangan
Gender Global 2013.
Secara umum, kesenjangan kesetaraan gender di dunia mengecil pada tahun
2013, dengan 86 negara dari total 136 negara yang disurvei -dan mencerminkan
93% penduduk dunia- memperlihatkan peningkatan dalam kesetaraan gender.
Berikut perbandingan beberapa negara dalam beberapa sektor kehidupan,
seperti kesehtaan, pendidikan, pekerjaan dan politik.
Jurang gender secara menyeluruh
Eropa memiliki tujuh negara di antara 10 negara tertinggi. Inggris di
posisi ke-18 dan AS di 23. Filipina di posisi lima yang merupakan tertinggi di
Asia dan Nikaragua -yang paling tinggi di kawasan Amerika- berada di posisi 10.
Kelompok negara industri G20 tidak memiliki perwakilan di 10 besar, juga
Timur Tengah dan Afrika.
Negara teratas
1. Islandia
2. Finlandia
3. Norwegia
4. Swedia
5. Filipina
6. Irlandia
7. Selandia Baru
8. Denmark
9. Swiss
10. Nikaragua
v
Eropa
Kawasan
Eropa utara umumnya berada dalam keadaan yang lebih baik dibanding
negara-negara lain. WEF memperkirakan sebabnya adalah kebijakan yang membuat
warga menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan keluarga.
Di
Eropa selatan, kesenjangan gender dalam bidang pendidikan malah terbalik di
banding beberapa tahun lalu karena perempuan mulai menikmati akses pendidikan.
Bagaimanapun
tingkat partisipasi perempuan di lapangan kerja di kawasan ini masih rendah
v Asia
Filipina merupakan negara yang paling seimbang dari
segi gender, dengan tercapainya kesetaraan dalam sektor kesehatan dan
pendidikan. Negara ini juga memiliki tingkat partisipasi perempuan yang tinggi
dalam bidang pekerjaan, menurut WEF.
Cina berada pada urutan 69, di atas India yang
berada di peringkat 101. Rendahnya peringkat India karena angka yang rendah
dari WEF dalam sektor pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
v Amerika tengah dan Latin
Tiga negara yang paling tinggi dalam kesetaraan
gender adalah Nikaragua, Kuba, dan Ekuador, yang masih dalam peringkat 25 dalam
daftar secara menyeluruh.
Posisi Brasil tidak berubah dibanding tahun lalu,
yaitu di peringkat 62.
v Amerika Utara
Kanada dan Amerika Serikat berada pada peringkat 20
dan 23. Kanada mendapat nilai yang baik untuk pendidikan namun kurang baik di
bidang politik.
Amerika Serikat berada di bawah Kanada dalam
politik namun lebih tinggi untuk kesehatan dan ekonomi. Kedua negara
bertetangga itu sama-sama memiliki nilai baik untuk pendidikan.
v Amerika Sub-suhara
Beberapa negara dengan kesenjangan gender yang
terbesar ditemukan di wilayah ini, dengan Chad dan Pantai Gading berada di
bagian bawah peringkat menyeluruh.
Namun Afrika bagian selatan memiliki negara dengan
tingkat partisipasi perempuan yang tinggi dan keterlibatan politik, yang
membantu mereka masuk dalam 30 negara atas.
Lesotho berada peringkat 16 sementara Afrika
Selatan satu tingkat di bawah Mozambik yang berada di peringkat 26.
v Timur Tengah Dan Afrika
Utara
Kesenjangan gender yang paling besar ditemukan di
kawasan ini namun situasinya beragam dari satu negara dengan negara lain.
Negara-negara Teluk, misalnya, cenderung melakukan
investasi besar untuk pendidikan perempuan sementara Uni Emirat Arab kondisinya
justru terbalik karena lebih banyak perempuan yang menyelesaikan universitas
dibanding laki-laki.
Namun Yaman amat berbeda dengan pendidikan
perempuan yang amat rendah.
v Penentu pERINGKAT
Untuk menyusun peringkat kesetaraan gender ini, WEF
menciptakan indeks dari belasan perangkat data.
Nilai 100 (100%) mencerminkan kesetaraan dan nol
atau (0%) berarti kesenjangan.
Berdasarkan nilai itu maka disusunlah peringkat
negara.
STATUS SOSIAL
Pengertian
Definisi / pengertian dari status sosial, kelas sosial, stratifikasi
sosial dan diferensiasi sosial telah dijelaskan dalam artikel sebelumnya.
Berikut di bawah ini adalah jenis-jenis atau macam-macam status sosial serta
jenis / macam stratifikasi yang ada dalam masyarakat luas :
A. Macam-Macam / Jenis-Jenis Status Sosial
1.Ascribed Status
Ascribed status, yaitu
status sosial yang diperoleh dengan sendirinya atau otomatis akan didapat sejak
lahir seperti jenis kelamin,ras,kasta,golongan,keturunan,suku,usia dan
sebagainya. Status yang diperoleh memungkinkan orang untuk bersikap pasif. Seseorang
dapat memiliki status ini tanpa harus berjuang ataupun melakukan usaha apa pun.
Contohnya anak seorang
bangsawan akan menjadi bangsawan pula dan mendapatkan kehormatan dari
masyarakat karena status sosial yang diwariskan dan yang dimiliki oleh orang
tuanya.
2. Achieved Status
Achieved status, yaitu status yang diperoleh
melalui kerja keras dan usaha yang dilakukannya. Untuk
memperoleh status ini harus melalui perjuangan yang panjang dengan memerlukan
pengorbanan dan lebih bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung dari
kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Hampir
semua status yang dimiliki oleh seseorang di masyarakat harus diperjuangkan
terlebih dahulu dalam meraihnya.
Contohnya untuk menjadi sarjana harus melalui perjuangan terlebih dahulu. Seorang sarjana akan berjuang dengan keras untuk memperoleh gelar akademisnya. Tingkatan pendidikan dalam masa yang panjang harus dilalui untuk mencapainya yang juga memerlukan pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, dan biaya.
Contohnya untuk menjadi sarjana harus melalui perjuangan terlebih dahulu. Seorang sarjana akan berjuang dengan keras untuk memperoleh gelar akademisnya. Tingkatan pendidikan dalam masa yang panjang harus dilalui untuk mencapainya yang juga memerlukan pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, dan biaya.
3. Assigned Status
Assigned
status, yaitu status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan
masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi di berikan karena usaha dan
kepercayaan masyarakat sebagai tanda penghargaan atas jasanya. Pada dasarnya
status yang diperoleh adalah akibat dari status yang telah diperolehnya
terlebih dahulu.
Contohnya
seorang pahlawan yang dihargai oleh masyarakat atas jasa perjuangannya. Untuk
menjadi seorang yang disebut pahlawan tentu ia harus berjuang mencapai statusnya
dengan semua pengorbanan, baik jiwa maupun raga.
Referensi
1.Pengembangan SDM DJP, Herru Widiatmanti, Berita Pajak, 2011
2.Dampak Kebijakan Pengarusutamaan Gender (Gender Mainstreaming) dalam
Pembelajaran Sastra di Sekolah, Sariah, Konferensi Internasional
Kesusastraan XIX Batu, Malang, 2008
3.Position Paper : Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan,
Jalal, Fasli, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2004.
4.Bbc
indonesia
5.Narwoko & Susanto, Sosiologi, Jakarta: Kencana, 2007, hal.
156
Tidak ada komentar:
Posting Komentar