Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian ,
tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh
kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang
memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya
melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya
dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll. kemiskinan dapat juga di katakan
sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah.
Dalam kamus ilmiah populer, kata “Miskin”
mengandung arti tidak berharta (harta yang ada tidak mencukupi kebutuhan) atau
bokek. Adapun kata “fakir” diartikan sebagai orang yang sangat miskin. Secara
Etimologi makna yang terkandung yaitu bahwa kemiskinan sarat dengan masalah
konsumsi. Hal ini bermula sejak masa neo-klasik di mana kemiskinan hanya
dilihat dari interaksi negatif (ketidak seimbangan) antara pekerja dan upah
yang diperoleh.
A. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia
- tahun 1976 sampai 2007.
jumlah penduduk miskin di Indonesia pada periode 1976-2007 berfluktuasi
dari tahun ke tahun. Pada tahun 1976 penduduk miskin sekitar 54,2 juta jiwa
(sekitar 44,2 juta jiwa di perdesaan, dan sekitar 10 juta jiwa di perkotaan).
Angka ini pada tahun 1980 berkurang hingga menjadi sekitar 42,3 juta jiwa
(sekitar 32,8 juta jiwa di perkotaan, dan sekitar 9,5 juta jiwa di perdesaan),
atau berkurang sekitar 21,95 persen dari tahun 1976. Pada tahun 1990 jumlah
penduduk miskin berkurang hingga menjadi sekitar 27,2 juta jiwa (sekitar 17,8
juta jiwa di perkotaan, dan sekitar 9,4 juta jiwa di perdesaan), atau berkurang
sekitar 35,69 persen dari tahun 1980. Pada tahun 1996 jumlah penduduk miskin
mengalami kenaikan hingga mencapai sekitar 34,5 juta jiwa (sekitar 24,9 juta
jiwa di perkotaan, dan sekitar 9,6 juta jiwa di perdesaan). Dibandingkan dengan
tahun 1990, angka ini menurun sekitar 20,87 persen. Namun, pada tahun 2002
jumlah penduduk miskin kembali meningkat hingga menjadi sekitar 38,4 juta jiwa.
Sementara, pada tahun 2007 jumlah penduduk miskin menurun hingga menjadi
sekitar 37.17 juta jiwa. Fluktuasi jumlah penduduk miskin di Indonesia
disebabkan karena terjadinya krisis ekonomi, pertambahan jumlah penduduk tiap
tahun, pengaruh kebijakan pemerintah dan sebagainya.(Badan Pusat Statistik).
- Tahun 2007–Maret 2008
Analisis tren tingkat kemiskinan antara kondisi Maret 2007 dan Maret
2008 dimaksudkan untuk mengetahui perubahan tingkat kemiskinan selama setahun
terakhir. Garis kemiskinan pada periode Maret 2007-Maret 2008 mengalami peningkatan
sebesar 9,56 persen, yaitu dari Rp.166.697,- per kapita per bulan pada Maret
2007 menjadi Rp.182.636,- per kapita per bulan pada Maret 2008. Hal yang sama
juga terjadi di perkotaan dan di perdesaan masing-masing meningkat sebesar 9,02
persen dan 10,21 persen. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret
2008 sebesar 34,96 juta orang (15,42 persen). Dibandingkan dengan penduduk
miskin pada Maret 2007 yang berjumlah 37,17 juta (16,58 persen), berarti jumlah
penduduk miskin turun sebesar 2,21 juta (Tabel 4.3). Jumlah penduduk miskin di
daerah perdesaan turun lebih tajam dari pada daerah perkotaan. Selama periode
Maret 2007-Maret 2008, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 1,42 juta,
sementara di daerah perkotaan berkurang 0,79 juta orang. Persentase penduduk
miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah. Pada bulan
Maret 2007, sebagian besar (63,52 persen) penduduk miskin berada di daerah
perdesaan, sementara pada bulan Maret 2008 persentase ini hampir sama yaitu 63,47
persen.(Badan Pusat Statistik).
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan menurut para Ahli.
Setiap permasalahan timbul pasti karna ada faktor yang mengiringinya
yang menyebabkan timbulnya sebuah permasalahan, begitu juga dengan masalah
kemiskinan yang dihadapi oleh negara indonesia. Beberapa faktor yang
menyebabkan timbulnya kemiskinan menurut Hartomo dan Aziz dalam Dadan
Hudyana (2009:28-29) yaitu :
1). Pendidikan
yang Terlampau Rendah
Tingkat pendidikan yang
rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang
diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan pendidikan atau keterampilan yang
dimiliki seseorang menyebabkan keterbatasan kemampuan seseorang untuk masuk
dalam dunia kerja.
2). Malas
Bekerja
Adanya sikap malas (bersikap
pasif atau bersandar pada nasib) menyebabkan seseorang bersikap acuh tak acuh
dan tidak bergairah untuk bekerja.
3).
Keterbatasan Sumber Alam
Suatu masyarakat akan
dilanda kemiskinan apabila sumber alamnya tidak lagi memberikan keuntungan bagi
kehidupan mereka. Hal ini sering dikatakan masyarakat itu miskin karena
sumberdaya alamnya miskin.
4).
Terbatasnya Lapangan Kerja
Keterbatasan lapangan
kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal
seseorang harus mampu menciptakan lapangan kerja baru sedangkan secara faktual
hal tersebut sangat kecil kemungkinanya bagi masyarakat miskin karena
keterbatasan modal dan keterampilan.
5).
Keterbatasan Modal
Seseorang miskin sebab
mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi alat maupun bahan dalam rangka
menerapkan keterampilan yang mereka miliki dengan suatu tujuan untuk memperoleh
penghasilan.
6). Beban
Keluarga
Seseorang yang mempunyai
anggota keluarga banyak apabila tidak diimbangi dengan usaha peningakatan
pendapatan akan menimbulkan kemiskinan karena semakin banyak anggota keluarga
akan semakin meningkat tuntutan atau beban untuk hidup yang harus dipenuhi.
Suryadiningrat dalam Dadan Hudayana (2009:30), juga
mengemukakan bahwa kemiskinan pada hakikatnya disebabkan oleh kurangnya
komitmen manusia terhadap norma dan nilai-nilai kebenaran ajaran agama,
kejujuran dan keadilan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penganiayaan manusia
terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain. Penganiayaan manusia terhadap
diri sendiri tercermin dari adanya :
1) keengganan bekerja dan
berusaha,
2) kebodohan,
3) motivasi rendah,
4) tidak memiliki rencana
jangka panjang,
5) budaya kemiskinan, dan
6) pemahaman keliru
terhadap kemiskinan.
Sedangkan penganiayaan
terhadap orang lain terlihat dari ketidakmampuan seseorang bekerja dan berusaha
akibat :
1) ketidakpedulian orang
mampu kepada orang yang memerlukan atau orang tidak mampu dan
2) kebijakan yang tidak
memihak kepada orang miskin.
Kartasasmita dalam Rahmawati (2006:4) mengemukakan
bahwa, kondisi kemiskinan dapat disebabkan oleh sekurang-kurangnya empat
penyebab, diantaranya yaitu :
1. Rendahnya Taraf
Pendidikan
Taraf pendidikan yang
rendah mengakibatkan kemampuan pengembangan diri terbatas dan meyebabkan
sempitnya lapangan kerja yang dapat dimasuki. Taraf pendidikan yang rendah juga
membatasi kemampuan seseorang untuk mencari dan memanfaatkan peluang.
2. Rendahnya Derajat
Kesehatan
Taraf kesehatan dan gizi
yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik, daya pikir dan prakarsa.
3. Terbatasnya Lapangan
Kerja
Selain kondisi kemiskinan
dan kesehatan yang rendah, kemiskinan juga diperberat oleh terbatasnya lapangan
pekerjaan. Selama ada lapangan kerja atau kegiatan usaha, selama itu pula ada
harapan untuk memutuskan lingkaran kemiskinan.
4. Kondisi
Keterisolasian
Banyak penduduk miskin
secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil dan terisolasi. Mereka hidup
terpencil sehingga sulit atau tidak dapat terjangkau oleh pelayanan pendidikan,
kesehatan dan gerak kemajuan yang dinikmati masyarakat lainnya.
C. Proses penyebab terjadinya kemiskinan,
yaitu :
·
penyebab individual, atau
patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau
kemampuan dari si miskin. Contoh dari perilaku dan pilihan adalah penggunaan
keuangan tidak mengukur pemasukan.
·
penyebab keluarga, yang
menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga. Penyebab keluarga juga
dapat berupa jumlah anggota keluarga yang tidak sebanding dengan pemasukan
keuangan keluarga.
·
penyebab sub-budaya (subcultural),
yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan
dalam lingkungan sekitar. Individu atau keluarga yang mudah tergoda dengan
keadaan tetangga adalah contohnya.
·
penyebab agensi, yang melihat
kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah,
dan ekonomi. Contoh dari aksi orang lain lainnya adalah gaji atau honor yang
dikendalikan oleh orang atau pihak lain. Contoh lainnya adalah perbudakan.
·
penyebab struktural, yang
memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
·
Pelestarian Proses Kemiskinan
Proses pemiskinan yang dilestarikan, direproduksi melalui pelaksanaan suatu
kebijakan diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan, tetapi realitanya
justru melestarikan.
·
Pola Produksi Kolonial
>> Negara ekskoloni mengalami kemiskinan karena pola produksi kolonial,
yaitu petani menjadi marjinal karena tanah yang paling subur dikuasai petani
skala besar dan berorientasi ekspor.
·
Adanya unsur manajemen sumber
daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian yang asal tebang akan
menurunkan produktivitas.
·
Kemiskinan Terjadi Karena Siklus
Alam.Misalnya tinggal di lahan kritis, dimana lahan ini jika turun hujan akan
terjadi banjir tetapi jika musim kemarau akan kekurangan air, sehingga tidak
memungkinkan produktivitas yang maksimal dan terus-menerus.
·
. Bekerjanya faktor budaya dan
etnik yang memelihara kemiskinan seperti, pola hidup konsumtif pada petani dan
nelayan ketika panen raya, serta adat istiadat yang konsumtif saat upacara adat
atau keagamaan.
Meskipun
diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari
kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per
kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja
miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau
rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.
D. Tanggapan
utama terhadap kemiskinan adalah:
·
Bantuan kemiskinan, atau membantu
secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari
masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan. Di Indonesia salah satunya berbentuk
BLT.
·
Bantuan terhadap keadaan
individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang
miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial,
pencarian kerja, dan lain-lain.
·
Persiapan bagi yang lemah.
Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan
bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin,
seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat
orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan. Persiapan bagi yang lemah
juga dapat berupa pemberian pelatihan sehingga nanti yang bersangkutan dapat
membuka usaha secara mandiri.
E. KESIMPULAN.
Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat
multidimensional. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan
secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan
dilaksanakan secara terpadu. Kemiskinan harus menjadi sebuah tujuan utama dari
penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi oleh negara Indonesia, karna aspek
dasar yang dapat dijadikan acuan keberhassilan pembangunan ekonomi adalah
teratasinya masalah kemiskinan. Pemerintah indonesia harus terus memberdayakan
dan membina masyarakat miskin untuk dapat mengelola sumber-sumber Ekonomi yang
dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat. Ada beberapa faktor
yang dapat menyebabkan timbulnya masalah kemiskinan, diantaranya, SDM yang
rendah, SDA yang tidak dikelolah dengan baik dan benar, pendidikan yang rendah,
tidak memiliki pengetahuan untuk mengembangkan sektor-sektor perekonomian baik
itu dibidang pertanian maupun dibidang perindustrian, dan masih banyak lagi
faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya permasalahan kemiskinan sebagaimana
yang penulis jelaskan diatas. pemerintah seharusnya lebih memperdulikkan
masyarakat miskin untuk pembentulan dan tidak ada lagi terjadinya kemiskinan di
negara ini.
Sumber :
·
Frances Fox Piven, Richard A.
Cloward, Regulating the Poor: The Functions of Public Welfare, Vintage
Books 1993
·
Jean Swanson, Poor-Bashing:
The Politics of Exclusion, 2001
. Sarul Mardianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar