Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan
Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti
"tradisi".[1]. Kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang
berasal dari bahasa Latin religio dan berakar
pada kata kerja re-ligare yang berarti
"mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat
dirinya kepada Tuhan.
Émile Durkheim mengatakan bahwa agama
adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang
berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin
berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah,
mencapai rohani yang sempurna kesuciannya.
1. Cara Beragama
Berdasarkan cara beragamanya:
Tradisional, yaitu cara beragama berdasar
tradisi. Cara ini mengikuti cara beragama nenek moyang, leluhur, atau
orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pemeluk cara agama tradisional pada
umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau
pembaharuan, dan tidak berminat bertukar agama.
Formal, yaitu cara beragama berdasarkan
formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini biasanya
mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh.
Pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah cara beragamanya jika
berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara beragamnya. Mudah
bertukar agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya.
Mereka ada minat meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi hanya
mengenai hal-hal yang mudah dan nampak dalam lingkungan masyarakatnya.
Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan
penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan
menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan pengamalannya. Mereka
bisa berasal dari orang yang beragama secara tradisional atau formal, bahkan
orang tidak beragama sekalipun.
Metode Pendahulu, yaitu cara beragama
berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) di bawah wahyu. Untuk itu
mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu,
pengamalan dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada
orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli
yang dibawa oleh utusan dari Sesembahannya semisal Nabi atau Rasul sebelum
mereka mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu
semua.
Ada beberapa alasan tentang mengapa agama
itu sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah :
Karena agama merupakan sumber moral
Karena agama merupakan petunjuk kebenaran
Karena agama merupakan sumber informasi
tentang masalah metafisika.
Karena agama memberikan bimbingan rohani
bagi manusia baik di kala suka, maupun di kala duka.
Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini
dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta tidak mengetahui apa-apa
sebagaimana firman Allah dalam Q. S. al-Nahl (16) : 78
Godaan dan rayuan daridalam diri manusia
dibagi menjadi dua bagian, yaitu
Godaan dan rayuan yang berysaha menarik
manusia ke dalam lingkungan kebaikan, yang menurut istilah Al-Gazali dalam
bukunya ihya ulumuddin disebut dengan malak Al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan
yang berusaha menarik manusia kepada hidayah ataukebaikan.
Godaan dan rayuan yang berusaha
memperdayakan manusia kepada kejahatan,yang menurut istilah Al-Gazali dinamakan
malak al-ghiwayah, yakni kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada
kejahatan
Disinilah letak fungsi agama dalam
kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia kejalan yang baik dan menghindarkan
manusia dari kejahatan atau kemungkaran.
2. Fungsi Agama Kepada Manusia
Dari segi pragmatisme, seseorang itu
menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang,
agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains
sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang dihuraikan di
bawah:
- Memberi pandangan dunia kepada satu-satu
budaya manusia.
Agama dikatankan memberi pandangan dunia
kepada manusia kerana ia sentiasanya memberi penerangan mengenai dunia(sebagai
satu keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan bagi
pekara ini sebenarnya sukar dicapai melalui inderia manusia, melainkan sedikit
penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya
bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWTdan setiap manusia harus menaati Allah SWT
-Menjawab pelbagai soalan yang tidak mampu
dijawab oleh manusia.
Sesetangah soalan yang sentiasa ditanya
oleh manusia merupakan soalan yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri.
Contohnya soalan kehidupan selepas mati, matlamat menarik dan untuk
menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk menjawab
soalan-soalan ini.
- Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu
kelompok manusia.
Agama merupakan satu faktor dalam
pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah kerana sistem agama menimbulkan
keseragaman bukan sahaja kepercayaan yang sama, malah tingkah laku, pandangan
dunia dan nilai yang sama.
– Memainkan fungsi kawanan sosial.
Kebanyakan agama di dunia adalah menyaran
kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kod
etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan
fungsi kawanan sosial
3. Fungsi Sosial Agama
Secara sosiologis, pengaruh agama bisa
dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang bersifat positif atau pengaruh yang
menyatukan (integrative factor) dan pengaruh yang bersifat negatif atau
pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah-belah (desintegrative factor).
Pembahasan tentang fungsi agama disini
akan dibatasi pada dua hal yaitu agama sebagai faktor integratif dan sekaligus
disintegratif bagi masyarakat.
4. Fungsi Integratif Agama
Peranan sosial agama sebagai faktor
integratif bagi masyarakat berarti peran agama dalam menciptakan suatu ikatan
bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam
kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Hal ini
dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung
bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya
konsensus dalam masyarakat.
5. Fungsi Disintegratif Agama.
Meskipun agama memiliki peranan sebagai
kekuatan yang mempersatukan, mengikat, dan memelihara eksistensi suatu
masyarakat, pada saat yang sama agama juga dapat memainkan peranan sebagai
kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan menghancurkan eksistensi
suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam
mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali mengabaikan bahkan
menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain
6. Tujuan Agama
Salah satu tujuan agama adalah membentuk
jiwa nya ber-budipekerti dengan adab yang sempurna baik dengan tuhan-nya maupun
lingkungan masyarakat.semua agama sudah sangat sempurna dikarnakan dapat
menuntun umat-nya bersikap dengan baik dan benar serta dibenarkan. keburukan
cara ber-sikap dan penyampaian si pemeluk agama dikarnakan ketidakpahaman
tujuan daripada agama-nya. memburukan serta membandingkan agama satu dengan
yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk agama
Beberapa tujuan agama yaitu :
Menegakan kepercayaan manusia hanya kepada
Allah,Tuhan Yang Maha Esa (tahuit).
Mengatur kehidupan manusia di dunia,agar
kehidupan teratur dengan baik, sehingga dapat mencapai kesejahterahan
hidup, lahir dan batin, dunia dan akhirat.
Menjunjung tinggi dan melaksanakan
peribadatan hanya kepada Allah.
Menyempurnakan akhlak manusia.
Menurut para peletak dasar ilmu sosial
seperti Max Weber, Erich Fromm, dan Peter L Berger, agama merupakan aspek yang
sangat penting dalam kehidupan manusia. Bagi umumnya agamawan, agama merupakan
aspek yang paling besar pengaruhnya –bahkan sampai pada aspek yang terdalam
(seperti kalbu, ruang batin)– dalam kehidupan kemanusiaan.
sumber
MH, Amin Jaiz, Pokok-pokok Ajaran
Islam, Korpri Unit PT. Asuransi Jasa Indonesia Jakarta, 1980
Monier Williams, 1899, A Sanskrit
English Dictionary. Oxford University Pressa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar